Anda pernah mendengar kata “split personality”? atau
kepribadian yang terpecah? Maka semua itu berhubungan dengan proses pembentukan
karakter dan moral seorang manusia. Karakter yang ada di dalam dirinya. Maka
buku ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan karakter manusia dan
proses pembentukannya, serta langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk
membentuk karakter cara islam.
Krisis Moral dan Kepribadian
Kita hidup dalam sebuah dunia yang gelap, dimana setiap
orang meraba-raba, namun tidak menemukan denyut nurani, tidak merasakan
sentuhan kasih, dan tidak melihat sorot mata persahabatan yang tulus, dalam hal
ini masyarakat mungkin mengalami krisis moral. Krisis moral dapat ditandai oleh
dua gejala yaitu tirani dan keterasingan. Tirani merupakan gejala dari rusaknya
perilaku sosial, sedangkan keterasingan menandai rusaknya hubungan sosial.Penyebab terjadinya krisis moral adalah :
1. Adanya penyimpangan pemikiran dalam sejarah pemikiran
manusia yang menyebabkan paradoks antarnilai, misalnya etika dan estetika
2. Hilangnya model kepribadian yang integral, yang memadukan kesalihan dengan
kesuksesan, kebaikan dengan kekuatan, dan seterusnya
3. Munculnya antagonisme dalam pendidikan moral
4. Lemahnya peranan lembaga sosial yang menjadi basis pendidikan moral
Krisis moral ini menimbulkan begitu banyak ketidakseimbangan
di dalam masyarakat yang tentunya tidak membuat masyarakat bahagia. Maka solusi
yang sangat tepat bagi masalah ini hanya satu yaitu : Kembali menempuh jalan
Allah, kembali kepada jalan islam. “Maka, barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku,
niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih
hati.” (QS. Al-Baqarah : 38)
Akhlak Dalam Semua Sisi Kehidupan
Akhlak adalah nilai pemikiran yang telah menjadi sikap
mental yang mengakar dalam jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan dan perilaku
yang bersifat tetap, natural, dan refleks. Jadi, jika nilai islam mencakup
semua sektor kehidupan manusia, maka perintah beramal shalih pun mencakup semua
sektor kehidupan manusia itu.
Akhlak = Iman + Amal Shalih
Maka akhlak Laa Ilaaha Illallaah sebagai kumpulan nilai kebenaran,
kebaikan, dan keindahan memasuki individu manusia dan merekonstruksi visi,
membangun mentalitas, serta membentuk akhlak dan karakternya. Demikianlah, Laa
Ilaaha Illallaah sebagai kumpulan nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan
memasuki masyarakat manusia dan mereformasi sistem, serta membangun budaya dan
mengembangkan peradabannya.
Walaupun islam merinci satuan akhlak terpuji, namun dengan
pengamatan mendalam, kita menemukan satuan tersebut sesungguhnya mengakar pada
induk karakter tertentu. Sedangkan akhlak tercela seperti penyakit syubhat dan
syahwat, sama bersumber dari kelemahan akal dan jiwa.
Pembentukan prilaku
Faktor-faktor pembentuk perilaku antara lain :
Faktor internal :
1. Instink biologis, seperti lapar, dorongan makan yang
berlebihan dan berlangsung lama akan menimbulkan sifat rakus, maka sifat itu
akan menjadi perilaku tetapnya, dan seterusnya
2. Kebutuhan psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi
diri
3. Kebutuhan pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berfikir
seseorang seperti mitos, agama, dan sebagainya
Faktor eksternal
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan sosial
3. Lingkungan pendidikan
Islam membagi akhlak menjadi dua yaitu :
1. fitriyah, yaitu sifat bawaan yang melekat dalam fitrah
seseorang yang dengannya ia diciptakan, baik sifat fisik maupun jiwa.
2. Muktasabah, yaitu sifat yang sebelumnya tidak ada namun diperoleh melalui
lingkungan alam dan sosial, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman
Proses pembelajaran
Dalam konsep Islam, karakter tidak sekali terbentuk, lalu
tertutup, tetapi terbuka bagi semua bentuk perbaikan, pengembangan, dan
penyempurnaan, sebab sumber karakter perolehan ada dan bersifat tetap.
Karenanya orang yang membawa sifat kasar bisa memperoleh sifat lembut, setelah
melalui mekanisme latihan. Namun, sumber karakter itu hanya bisa bekerja
efektif jika kesiapan dasar seseorang berpadu dengan kemauan kuat untuk berubah
dan berkembang, dan latihan yang sistematis.
Tahapan perkembangan perilaku
Tahap I (0 – 10 tahun)
Perilaku lahiriyah, metode pengembangannya adalah pengarahan, pembiasaan,
keteladanan, penguatan (imbalan) dan pelemahan (hukuman), indoktrinasi
Tahap II ( 11 – 15 tahun)
Perilaku kesadaran, metode pengambangannya adalah penanaman nilai melalui
dialog, pembimbingan, dan pelibatan
Tahap III ( 15 tahun ke atas)
Kontrol internal atas perilaku, metode pengembangannya adalah perumusan visi
dan misi hidup, dan penguatan tanggung jawab kepada Allah
Ambivalensi Kejiwaan Manusia
Ambivalensi adalah dua garis jiwa yang berbeda bahkan
berlawanan, namun saling berhadapan. Fungsinya :
1. Merekatkan sisi-sisi kepribadian manusia tetap utuh
2. Memperluas wilayah kepribadian manusia dengan tetap menjaga pusat keseimbangannya
3. Menjaga dinamika perkembangan jiwa manusia
Seseorang akan memiliki tingkat kesehatan mental yang baik,
jika garis jiwa yang ambivalen berjalan dan bergerak secara harmonis, seakan
simfoni indah orkestra handal. Maka langkah yang harus ditempuh agar simfoni
tersebut mengalun indah dan harmonis adalah :
1. Atur posisi dan komposisi garis jiwa itu secara benar,
dan hilangkan semua kecenderungan jiwa yang salah
2. Berikan atau tentukan arah kecenderungan jiwa secara benar dan natural.
3. Lihat ekspresinya dalam bentuk sikap dan perilaku kesehariannya
Garis jiwa yang ambivalen ada dalam diri manusia sejak ia
lahir sampai ia mati, melekat, dan mewarnai semua sisi kehidupannya. Walaupun
demikian, tetap ada perbedaan mendasar tentang objek dan alasan yang melahirkan
garis jiwa menjadi perilaku, pada tahapan usia yang berbeda pula.
Pembentukan Kepribadian
Kepribadian terbentuk setelah melalui proses :
1. Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber,
mungkin agama, ideologi, dan sebagainya
2. Nilai membentuk pola pikir seseorang yang secara keseluruhan ke luar dalam
bentuk rumusan visinya
3. Visi turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara
keseluruhan keluar dalam bentuk mentalitas
4. Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang
secara keseluruhan disebut sikap
5. Sikap yang dominan dalam diri seseorang secara kumulatif mencitrai dirinya
adalah kepribadian
Tiga langkah merubah karakter
1. Terapi kognitif
Cara yang paling efektif untuk memperbaiki karakter dan mengembangkannya adalah
dengan memperbaiki cara berfikir
Langkah :
Pengosongan, berarti mengosongkan benak kita dari berbagai bentuk pemikiran
yang salah, menyimpang, tidak berdasar, baik dari segi agama maupun akal yang
lurus
Pengisian, berarti mengisi kembali benak kita dengan nilai-nilai baru dari
sumber keagamaan kita, yang membentuk kesadaran baru, logika baru, arah baru,
dan lensa baru dalam cara memandang berbagai masalah
Kontrol, berarti kita harus mengontrol pikiran-pikiran baru yang melintas dalam
benak kita, sebelum berkembang menjadi gagasan yang utuh
Doa, berarti bahwa kita mengharapkan unsur pencerahan Ilahi dalam cara berfikir
kita
2. Terapi mental
Warna perasaan kita adalah cermin bagi tindakan kita. Tindakan yang harmonis
akan mengukir lahir dari warna perasaan yang kuat dan harmonis
Langkah :
Pengarahan, berarti perasaan-perasaan kita harus diberi arah yang jelas, yaitu
arah yang akan menentukan motifnya. Setiap perasaan haruslah mempunyai alasan
lahir yang jelas. Itu hanya mungkin jika perasaan dikaitkan secara kuat dengan
pikiran kita
Penguatan, berarti kita harus menemukan sejumlah sumber tertentu yang akan
menguatkan perasaan itu dalam jiwa kita. Ini secara langsung terkait dengan
unsur keyakinan, kemauan, dan tekad yang dalam yang memenuhi jiwa, sebelum kita
melakukan suatu tindakan.
Kontrol, berarti kita harus memunculkan kekuatan tertentu dalam diri yang
berfungsi mengendalikan semua warna perasaan diri kita
Doa, berarti kita mengharapkan adanya dorongan Ilahiyah yang berfungsi membantu
semua proses pengarahan, penguatan, dan pengendalian bagi mental kita
3. Perbaikan fisik
Sebagaimana ahli kesehatan mengatakan bahwa dasar-dasar kesehatan itu tercipta
melalui perpaduan yang baik antara tiga unsur :
1. Gizi makanan yang baik dan mencukupi kebutuhan
2. Olahraga yang teratur dalam kadar yang cukup
3. Istirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan relaksasi tubuh
Hadist riwayat Imam Ahmad :
Rasulullah berkata, “Inginkah kalian kuberitahu tentang siapa dari kalian yang
paling kucintai dan akan duduk di majelis terdekat denganku di hari kiamat?”
Kemudian Rasul mengulanginya sampai tiga kali, dan sahabat menjawab “Iya, ya
rasulullah !” Lalu rasul bersabda, “Orang yang paling baik akhlaknya.”
sumber: http://pustaka-ebook.com
0 komentar:
Posting Komentar